·
Internalisasi
Belajar dan Spesialisasi
Internalisasi
lebih mengarah pada norma-norma individu yang menginternalisasikan norma-norma
tersebut. Belajar lebih mengarah pada proses pembelajaran tingkah laku, yang
sebelumnya tidak dimiliki sekarang telah dimiliki akibat proses pembelajaran
tersebut. Sedangkan Spesialisasi lebih mengarah pada kekhususan yang telah
dimiliki oleh seorang individu.
Dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari, kita pasti selalu bersosialisasi terhadap
individu lain dimanapun kita berada. Perbedaan antar karakter menjadi identitas
diri individu masing-masing. Perilaku setiap individu pun berbeda-beda, karena
dari itu membuat individu lain mengambil suatu tindakan yang berbeda-beda.
Tindakan-tindakan yang diambil oleh masing-masing individu bisa dibagi menjadi
dua yaitu tindakan positif dan negatif. Tindakan positif akan diambil jika
antar individu saling mengharagai adanya norma-norma yang berlaku. Kalau tindakan
negatif, akan diambil jika antar individu tidak mengutamakan norma-norma yang
ada, seperti saling egois, berbeda pendapat, merasa derajatnya lebih tinggi
dari individu lain, dan sebagainya.
Setelah
individu mengambil suatu tindakan entah itu positif atau negatif, pastilah
individu tersebut berfikir atas tindakannya tersebut. Atas pemikirannya itu,
akan membuat suatu pembelajaran dimana individu akan lebih memahami apa itu
hidup besosialisasi dan norma-norma yang berlaku. Dari pembelajaran tersebut,
suatu individu akan mendapatkan spesialisasi atau kekhususan kemampuan dimana
individu bisa menempatkan dirinya di dalam hidup bermasyarakat.
Jadi,
kesimpulan dari semuanya adalah, sebagai individu haruslah menaati norma-norma
kehidupan yang ada, entah itu norma agama, norma kesusilaan, dan norma
kesopanan. Apa yang dilakukan seorang individu pastilah melalui proses
pembelajaran dan memiliki kemampuan khusus setelah terbiasa dengan
pengambilan-pengambilan tindakan.
·
Pemuda
dan Identitas
Jika
berbicara mengenai pemuda dan identitas, pemuda selalu diidentikkan dengan
suatu generasi yang dipundaknya terbeban oleh bermacam-macam harapan sebagi
penerus generasi, karena memang pemuda adalah sebagai generasi penerus yang
diharapkan dapat mengisi pembangunan nasional. Lebih menarik lagi, pada
generasi ini memiliki permasalahan-permasalahan yang beragam, di mana jika
permasalahan ini tidak di tindak lanjuti akan membuat para pemuda tersebut
kehilangan fungsinya sebagai penerus pembangunan nasional. Oleh karena itu,
untuk menangani dan menindaklanjutinya perlu diadakan pembinaan dan
pengembangan generasi muda. Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
disusun berlandaskan:
1. Landasan idiil : Pancasila
2. Landasan konstitusional : UUD 1945
3. Landasan strategis : GBHN
4. Landasan historis : Sumpah Pemuda
tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdakaan Indonesia tahun 1945
5. Landasan normatif : Etika dan tata
nilai, tradisi luhur yang hidup dalam masyarakat
Berkenaan
dengan kenyataan di atas, memang sangat diperlukan penataan kehidupan pemuda
karena pemuda memainkan peran penting dalam pembangunan nasional karena sebagai
generasi penerus. Pembinaan dan pengembangan generasi muda haruslah menanamkan
motivasi kepekaan terhadap masa dating sebagai bagian mutlak masa kini.
Kaum
muda memang betul-betul merupakan suatu sumber bagi pengembangan masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu, pembinaan dan perhatian khusus harus diberikan bagi
kebutuhan dan pengembangan potensi mereka.
Pemuda
merupakan sekolompok orang yang mempunyai semangat dan sedang dalam tahap
pencarian jati diri. Pemuda juga merupakan generasi penerus bangsa. Beberapa
orang mengatakan, pemuda tidak dilihat dari usianya melaikan dari semangatnya.
Maju mundurnya suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pemuda.
Sedangkan
identitas atau jati diri merupakan sikap atau sifat yang ada dalam diri
seseorang. Pada saat usia masih mudalah biasanya orang mulai melakukan
pencarian jati diri atau mengenali identitas dirinya.
Dalam
tahap pencarian identitas inilah terkadang masih menemukan kendala. Apalagi di
zaman yang serba bebas sekarang ini. Pergaulan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi terbentuknya jati diri pemuda. Hal itu dapat dibuktikan dengan
melihat media massa, tidak dapat kita pungkiri lagi bahwa cukup banyak tindak
kriminal yang yang diberitakan oleh media massa itu, pelakunya adalah para
pemuda. Mulai dari tawuran antar pelajar, perkelahian antar geng, narokoba, dan
tindakan asusila lain.
Dari
contoh tersebut dapat dikatakan bahwa moral pemuda zaman sekarang sudah menurun
dibanding pemuda generasi sebelumnya. Pemuda mulai kehilangan jati dirinya
karena mereka cenderung ikut-ikutan ke dalam pergaulan yang bebas yang sedang
”in” saat ini.
Sangat
disayangkan apabila kita melihat penggambaran mengenai pemuda seperti di atas.
Karena pemuda mempunyai semangat untuk melakukan perubahan yang sangat
berpengaruh dalam meneruskan perjuangan bangsa dan agama. Ada beberapa solusi
agar pemuda tidak kehilangan jati dirinya, yaitu sangat dibutuhkan peran orang
tua dalam mendidik anak-anaknya agar bisa menjadi pemuda yang berguna. Selain
itu, pendidikan agama dan akhlak yang mulia juga harus ditanamkan kepada para
pemuda agar tidak mudah terpengaruh kedalam tindakan kemaksiatan.
Oleh
karena itu Kita sebagai pemuda-pemudi harapan bangsa jangan sampai kehilangan
identitas kita. Marilah kita mulai perubahan dari diri kita sendiri agar kita
dapat memajukan bangsa ini dan dan kita dapat menjadi pemuda yang bermanfaat
bagi agama dan bangsa.
·
Perguruan
dan Pendidikan
Pengertian
Perguruan Tinggi, pemahaman kita dan kemampuan belajar yang lebih tinggi dalam
usia dewasa, setelah mengumpulkan sejumlah tahun keterampilan dan pengalaman
profesional. Ada alasan sederhana untuk itu. Pada remaja, ketika kami
memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, kami tidak memiliki kapasitas dan
kedewasaan untuk mengerti bagaimana kita akan menggunakan dan menerapkan
pengetahuan yang kita sedang terkena. Jadi, Perguruan Tinggi untuk menghafal
palsu percaya bahwa kita belajar apa yang kita benar-benar menghafal. Namun,
tidak lama setelah itu, kita lupa banyak hal.
Mengapa
Pengertian Perguruan Tinggi dalam pembahasan kali ini? Karena fungsi otak kita
efisien: ini hanya membuang informasi yang tidak memiliki aplikasi praktis,
baik intelektual atau emosional. Setelah mengumpulkan pengalaman
bertahun-tahun, kita memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi persis apa
yang akan memungkinkan kita untuk mencapai atau meningkatkan fungsi
professional. Mendefinisikan Perguruan Tinggi Idaman lebih efisien. Sebuah
percakapan santai, sebuah buku yang bagus, atau bahkan pidato Perguruan Tinggi
demikian secara permanen tersimpan dalam pikiran kita tanpa menghafal yang
terlibat jika intelektual atau menarik secara emosional. Orang dewasa biasanya
memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik daripada mahasiswa.
Sumber
:
https://nathaniaseptavy.wordpress.com/2012/10/28/pemuda-dan-sosialisasi/
Komentar
Posting Komentar